Senin, 01 Februari 2010

Menyambut Tahun baru 1431H/2010M dengan Taubat dan Semangat Mencari Ridha Allah

Lembaran baru tahun 2010, tepatnya 1 Januari 2010 Masehi bersamaan dengan tanggal 15 Muharram 1431 Hijriah. Awal tahun 2010 itu bertepatan dengan hari Jum’at, hari kelima dalam urutan hari menurut kalender Islam yang juga merupakan hari raya kecil buat ummat Islam. Ya, memang Islam mengenal tiga hari raya. Tiga hari raya itu adalah hari raya Idul Fitri, hari Raya Idul Adha/Qurban/hari raya Hajji, dan hari raya kecil setiap hari Jum’at. Lantaran itu setiap muslim laki-laki yang telah akil baligh wajib mendatangi shalat Jum’at di masjid dan meninggalkan perniagan (dilarang melakukan jual—beli). Saya sebagai ummat Islam melaksanan shalat Jum’at di masjid Assalam. Ketika itu yang bertindak sebagai khatib dan imam adalah Drs. Supriadi, seorang rekan guru yang juga da’i dan pemilik pondok pesantren Miftahul Jannah. Judul khutbah Jum’atnya “Menyambut Tahun Baru 1431/2010M dengan Taubat dan Semangat Mencari Ridha Allah”. Senyampang masih dalam koridor awal tahun baru, maka isi khutbah Jum’at ini baik kita cermati dan ditindaklanjuti. Apalagi saya khususnya, merupakan insan yang banyak sekali berlumuran dosa. Belum bisa menjadi muslim yang kaffah, belum sepenuhnya ber-fastaqul khairat dan ber-amar ma’ruf nahi munkar. Semoga Allah memberi hidayah-Nya kepada kita semua hingga menjadi ummat Islam yang paripurna.

Saya sebelumnya mohon maaf sebab dalam paparan berikut terpaksa tidak bisa mencantumkan isi kutipan Al Qur’an dalam bahasa dan tulisan aslinya, seperti yang dituliskan oleh sang khatib. Hal ini terjadi lantaran keterbatasan yang ada.

Berikut ini isi khutbah Jum’at tersebut:


Menyambut Tahun Baru 1431H/2010M

dengan Taubat dan Semangat

Mencari Ridha Allah


Saudara Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT.

Tahun 1430 Hijriah dan tahun 2009 Masehi sudah kita tinggalkan. Ini berarti kesempatan hidup kita sudah berkurang satu tahun, padahal kita tidak mengetahui berapa lamanya kita diberi kesempatan untuk tinggal di alam dunia ini.

Berbahagialah bagi orang yang menghabiskan waktu di dunia ini dengan keimanan dan ketakwaan dan sebaliknya merugilah bagi orang yang mengisi hidupnya dengan kemaksiatan dan kedurhakaan. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an (Q.S.) Asy-Syam:9—10 yang artinya:

9. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa

itu,

10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.

Saudara Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT.

Kita perlu mempersiapkan bekal untuk menghadap kepada Dzat Yang Maha Suci yaitu Allah Rabbul ‘Izzati. Kita menyadari bahwa kita hamba Allah yang lemah, yang selalu membutuhkan pertolongan Allah dalam menghadapi tantangan hidup. Kita tidak bisa lepas dari musuh dalam diri kita yang berupa hawa nafsu dan musuh dari luar berupa manusia, jin, dan syaithan. Disadari atau tidak kita sering berbuat salah dan dosa. Kita sering berbuat ma’siat.

Dan kini Allah masih memberi kesempatan bagi kita untuk menghapus dosa dan kesalahan yang selama ini kita lakukan. Kita tidak boleh lengah, kita jangan pesimis dan putus asa. Allah menyuruh kita agar segera bertaubat dengan taubatan nashuha. Allah akan mengampuni dosa kita.

Di tahun baru ini kita koreksi diri kita sendiri secara jujur, setelah kita temukan bertumpuk-tumpuk dosa dan kesalahan, baik yang kita sengaja atau tidak. Baik dosa kepada sesama ummat manusia maupun dosa terhadap Allah Sang Maha pencipta, maka kita harus memutuskan untuk bertaubat.

Pertama: Bertaubat dari perbuatan syirik.

Syirik adalah dosa yang paling besar dan penghalang bagi pelakunya masuk surga. Lantaran perbuatan syirik, masa depan di akhiratnya akan hancur. Kehancuran itu telah digambarkan dalam Q.S. Al-Hajji:31 yang artinya sebagai berikut:

“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”.

Saudara hadirin . . .

Kedua : Bertaubat dari sifat sombong.

Islam adalah agama sempurna yang membimbing ummatnya agar bahagia dunia dan akhirat. Untuk itu Islam mengajarkan agar ummat Islam memiliki sifat tawadhu’ dan rendah hati, tidak sombong. Dalam sebuh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menyebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Artinya: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi/debu”.

Kemudian seorang sahabat bertanya, adakalanya sesorang itu suka berpakaian bagus, maka Nabi bersabda:

اِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ : اَلْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Adapun sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”.

Saudara hadirin . . .

Ketiga: Bertaubat dari perbuatan dusta.

Kita dilarang berdusta, dan apabila dalam tahun yang sudah kita lalui kita sering berdusta, maka seharusnya kita segera bertaubat. Dengan demikian dosa kita dalam berdusta akan terampuni.

Bagi seseorang yang tidak mau bertaubat dan masih terus-menerus melakukan perbuatan dusta, maka ia menanggung resiko yang sangat besar. Barang siapa yang berdusta atas nama Nabi Muhammad SAW, maka ketahuilah bahwa Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَالْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Artinya: “Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di dalam neraka”.

Saudara hadirin . . .

Keempat: Bertaubat dari perbuatan hasud (dengki).

Hasud atau dengki ini sangat dilarang dalam Islam, sebab dapat menyengsarakan orang lain, dapat menjadikan pelakunya tidak bisa tentram dan selalu gelisah dalam hidupnya. Orang yang dengki tidak rela orang lain memperoleh karunia Allah, tidak rela orang lain medapat kenikmatan, bahkan ingin agar nikmat orang lain itu berpindah pada dirinya. Apabila di antara kita punya dosa semacam ini marilah kita dengan sadar, rendah hati untuk bertaubat dan mohon ampun kepada Allah SWT sebab kalau belum bertaubat sudah dipanggil oleh Allah, bahayanya besar, yaitu amal baiknya akan hapus. Rasulullah SAW bersabda :

اِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأَكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

Artinya: “Berhati-hatilah kamu dari perbuatan hasud atau dengki, sebab dengki itu akan menghapus amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar” (H.R. Abu Dawud).

Saudara hadirin . . .

Kelima: Bertaubat dari provokasi.

Provokasi dalam bahasa Jawanya adalah adu-adu, atau adu domba. Provokasi adalah menceritakan keburukan seseorang kepada orang lain supaya mereka membenci atau memusuhinya, disamping itu ia sendiri ingin dianggap berjasa dan mendapat bagian keuntungan. Kita ummat Islam dilarang melakukan provokasi, sebab bagi orang yang tidak hati-hati dalam menerima informasi bila lupa diri, bisa emosi, dan tidak takut kepada Allah. Akibat dari provokasi sering terjadi perpecahan di kalangan ummat, terjadi pertikaian antar suku bangsa, dan terjadilah permusuhan satu dengan lain. Oleh karena itu melalui khutbah Jum’at kali ini, saya mengajak diri sendiri dan saudara sekalian untuk menghindari provokasi. Marilah kita bertaubat kepada Allah dengan taubatan nashuhaa.

Bagi seorang provokator yang belum bertaubat, maka ia pasti menyesal di alam akhirat kelak. Ketauhilah wahai saudaraku bahwa Nabi SAW bersabda dalam sebauh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sebagai berikut :

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ

Artinya: “Tidak akan masuk surga orang yang berbuat provokasi”.

Saudara hadirin . . .

Di awal Tahun baru 1431 H/Tahun baru 2010 M ini, kita bersihkan dosa dan kesalahan kita dengan bertaubat kepada Allah SWT. Kemudian kita bertekat untuk menghiasi hari demi hari yang akan datang dengan iman dan amal shalih yang di syari’atkan oleh Allah SWT. Kita sadari bahwa bahwa apa yang kita kerjakan setiap saat itu selalu diawasi oleh Allah SWT dan dimintai pertanggungjawabannya. Kita yaqin bahwa Allah tidak lupa tentang sesuatu yang kita kerjakan, walaupun kita sendiri sudah lupa. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran:99 yang artinya:

“Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”.

Kita orang Islam yang beriman, telah dijanjikan surga oleh Allah. Kita harus tetap bersemangat untuk mencapainya. Apabila kita menilai diri kita masing-masing, bahwa kita masih banyak kesalahan, masih berbuat melampaui batas, masih berlumuran dosa, maka Allah memanggilnya dengan panggilan kasih sayang-Nya, agar kita tidak berputus asa terhadap rahmat Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Az-Zumar:53 yang artinya sebagai berikut :

“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Saudara hadirin . . .

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga Allah SWT mengampuni dosa dan kesalahan kita selama ini dan memberikan petunjuk serta bimbingan ke jalan yang lurus kepada kita, keluarga dan anak-anak kita, dan ummat Islam di lingkungan kita agar berhasil mengarungi hidup ini untuk meraih bahagian di dunia dan di akhirat. Amiyn.