Sabtu, 27 Maret 2010

RAHASIA HATI

Pengantar:

Tulisan yang berjudul tersebut di atas merupakan sumbangan dari rekan guru Pendidikan Agama Islam, Drs. Supriadi yang aslinya berupa teks khutbah Jum’ah. Sebelum di-posting-kan, tulisan ini diadakan beberapa perubahan, namun tidak mengurangi kerangka dasar, makna, dan pesan yang terkandung di dalamnya. Hanya dalam penulisan ayat-ayat Al Qur’an copy-an dari tulisan aslinya berubah menjadi symbol-simbol. Ma’af, saya tidak bisa mengembalikan teks asli ayat-ayat Al Qur’an tersebut ke dalam tulisan Arab karena saya belum memiliki perangkat lunak untuk penulisan dengan menggunakan huruf Arab. Karena itu saya terpaksa menggantikannya dengan tulisan Latin. Mudah-mudahan hal tersebut tidak mengubah maknanya. Dan apabila ada kesalahan, mudah-mudahan Allah SWT mengampuninya. Akhirnya, semoga tulisan ini bermanfa’at bagi kita. Semoga Allah memberikan hidayah bagi kita hingga kita menjadi ummat yang ta’at dan muaranya kita menjadi ummat yang selamat fii dunya wal akhirah.


Assalamu’alaikum wr wb.

Salah satu organ tubuh kita yang sangat penting/fital dan mempengaruhi baik atau buruknya seseorang serta mempengaruhi selamat dan tidaknya seseorang di dunia dan di akhirat adalah qalb (hati).

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim, menerangkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda :

اَلاَ وَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً اِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ اَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

Artinya:

“Ingatlah bahwa dalam tubuh seseorang itu ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, dan jika rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati”.

Kita diberi hati oleh Allah ini tujuannya adalah agar kita pandai bersyukur, Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 78:

“Wa Llaahu akhrajakum mmin buthuuni ummahaatikum laa ta’lamuunasyay’an wwa ja’alna lakumu ssam’a wal abshaara wal af’idata la’allakum tasykuruuna”.

Artinya:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.

Allah telah mengistimewakan hati dengan berbagai kelebihan yang melimpah dan kemampuan yang menakjubkan. Di sinilah hati sebagai sumber kerusakan atau sumber kebaikan. Apabila seseorang beriman dengan iman yang benar dan iman itu telah memenuhi hatinya, maka Allah akan memberikan petunjuk (hidayah) kepadanya. Hal ini difirmankan oleh Allah dalam QS. At-Taghabun ayat 11:

….. Wa man yyu’min billaahi yahdi qalbahuu. Wa Llaahu bikulli syay'in ‘aliimun.

Artinya:

….. “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.

Setiap kita ingin mendapat hidayah Allah, ingin kasih sayang dan pengampunan dari Allah, ingin selamat dunia sampai akhirat, ingin mendapat ridha Allah. Tetapi sayang banyak saudara kita yang melupapan urusan iman. Tidak merawatnya secara sungguh-sungguh, bahkan membiarkan imannya merana, sampai dirinya dikuasai oleh hawa nafsu. Dampak negatifnya, Allah tidak berkenan memberi hidayah kepadanya. Hal ini dapat dilihat dari amal perbuatan sehari-hari yang selalu diwarnai dengan kemaksiatan, kedurhakaan, kezhaliman, kemungkaran dan lain-lain. Perbuatan semacam ini menyebabkan hatinya tertutup, tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hak dan mana yang bathil, mana yang menyebabkan ridha Allah dan mana yang menyebabkan murka Allah. Apabila dibacakan ayat Al-Qur’an sebagai dalil atau dasar dalam pengambilan hokum, mereka dengan mudah menolaknya dengan berbagai dalih. Allah berfirman dalam QS Al-Muthaffifin ayat 13—14:

Idzaa tutlaa ‘alaihi aayaatunaa qaala asaathiirul awwaliina. (13)

Kallaa bal raana ‘alaa quluubihim mmaa kaanuu yaksibuuna. (14)

Artinya:

(13)“Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: ‘itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu”.

(14) “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”.

Hati kita itu memang sangat unik. Sebagai tempat keyakinan, ia menerima atau menolak kebenaran bukan hanya di lisan tetapi di hati. Pernah Nabiyullah Ibrahim a.s. memohon kepada Allah agar diberi tahu bagaimana cara Allah menghidupkan orang mati di akhirat nanti. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk menentramkan hati. Firmankan Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 260:

Wa idz qaala Ibraahiimu rabbi arinii kayfa tuhyil mawta qaala awalam tu’min. Qaala balaa wa laakin lliyathmainna qalbii. Qaala fakhudz arba’atan mmina ththayri fashurhuunna ilayka tsumma j’al ‘alaa kulli jabalin mminhunna juz’an tsummad ‘uhunna ya’tiinaka sa’yan wa lam anna Llaaha ‘aziizun hakiimun.

Artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah berfirman: ‘Belum yakinkah kamu’? Ibrahim menjawab: ‘Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)’. Allah berfirman: ‘(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, Kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Setelah Nabi Ibrahim melihatnya dengan nyata dan meyakini dalam hati, keimanannya bertambah dan hatinya menjadi tenang, sehingga tidak ada lagi keragu-raguan. Dalam dirinya yang ada adalah mantapnya iman, tertanam di dalam dada.

Hati anak Adam berada dalam kekuasaan Allah SWT. Allah-lah yang membolak-balik hati anak Adam menurut kehendakNya, sehingga hati kita terkadang mantap dalam keimanan dan terkadang hati kita lemah dan kurang bersemangat dalam ketaatan. Terkadang hati kita gelisah dan terkadang tenang, pasrah dan penuh tawakkal kepada Allah. Mengingat hal tersebut, maka Nabi s.a.w. mengajarkan sebuah do’a kepada kita :

يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِ عَلَى طَاعَتِكَ

Artinya:

“Ya Allah yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam ketaatan kepadaMu”.

Banyak ummat manusia di alam dunia ini yang disibukkan mencari harta, sibuk merawat anak, sampai ia lupa kenikmatan pemberian Allah yang berupa hati. Banyak yang sukses dalam urusan harta, banyak yang sukses dalam menyekolahkan anak, tapi tidak sukses dalam membersihkan hati. Bagi kita ummat Islam harus berusaha secara maksimal agar sukses dalam urusan harta, sukses dalam urusan anak, dan sukses dalam mesucikan hati. Di alam akhirat nanti harta dan anak tidak dapat menyelamatkan diri dan tidak berguna bagi diri manusia. Sesuatu yang menyebabkan manusia memperoleh kedudukan mulia d isisi Allah adalah hati yang bersih, hati yang suci. Allah SWT. berfirman dalam Q.S. Asy-Syu’ara’ ayat 88—89:

Yawma laa yanfa’u maalun wwa laa banuuna (88)

Illaa man ata Llaaha biqalbin saliimin. (89)

Artinya:

88. “(Banyak orang-orang yang dihinakan oleh Allah di akhirat, pen) di hari itu harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”,

89. “kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.

Allah SWT membekali kita dengan pendengaran, penglihatan, dan hati ini agar jangan ada di antara kita yang taqlid buta. Hal ini diperingatkan oleh Allah dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 36:

Artinya:

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.

Marilah kita menyadari adanya suatu hari yang di waktu itu setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Perkasa, dan sangat cepat hisabNya. Berbahagialah bagi orang yang bersungguh-sungguh mengisi hatinya dengan ketaqwaan sampai membuahkan amal shalih yang diterima oleh Allah. Dan sebaliknya merugi dan menyesal bagi orang yang selalu mengotori hatinya dengan sifat-sifat tercela, hingga sampai akhir hayatnya belum bertaubat.

Semoga Allah SWT menetapkan hati kita dalam ketaatan, semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam kebenaran sampai akhir hayat kita, dan semoga Allah memjadikan akhir kehidupan kita khusnul khatimah. Amiin.

اَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا فَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ , وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ .

وَقُلْ رَبِّغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ .

Wassalamu’alaikum wr.wb.