Salah seorang paman, tepatnya adik misan bapak saya beberapa waktu yang lalu tiba-tiba berkirim sms kepada saya. Isinya demikian, "yang singkat itu 'waktu', yang dekat itu 'mati'. Yang besar itu 'nafsu', yang berat itu 'amanah'. Yang sulit itu'ikhlas', yang mudah itu 'berbuat dosa'. Yang abadi itu 'amal shalih". Ketika saya bersilatur rahmi ke rumah salah seorang sahabat, hal itu saya ceritakan kepadanya. Lalu sahabat saya tadi beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar. Sesaat kemudian sahabat saya tadi keluar sambil membawa telepon seluler sambil membaca hal yang sama dengan isi sms yang saya terima. Kemudian saya bertanya, "sampean dapat sms serupa dari mana?" Sahabat saya menjawab singkat, "dari penasehat spiritual saya".
Sekilas kata-kata tersebut memang sederhana, namun bila kita cermati akan terasa menyentuh kalbu. Penuh makna dan akan membawa diri ini menjadi insan yang qana'ah, serta membawa diri untuk selalu mendekatkan di kepada Allah. Selalu bertaqwa kepada Allah SWT. Betapa tidak, kita sering mempermainkan waktu. Kita sering membuang-buang waktu yang kurang, bahkan tidak bermanfaat. Kita sering asyik dengan hal tersebut, hingga tidak terasa waktu telah berlalu sekian detik, sekian menit, sekian jam, sekian hari, sekian minggu, sekian bulan, atau bahkan sekian tahun. Kita baru menyadarinya setelah itu. Tahu-tahu kita sudah berada di waktu yang lain dengan segala konsekuensinya. Bahkan mungkin umur kita sudah berubah. Pastinya umur kita akan berubah menjadi tua. Waktu yang telah kita lampaui tidak bisa terulang kembali. Di lain pihak, kita sering tergesa-gesa untuk meninggalkan waktu ketika melakukan aktifitas yang sebenarnya bermanfaat, atau bahkan untuk beribadah. Terjadi ketidakseimbangan pemanfaatan waktu. Waktu untuk ibadah dan juga untuk akfitas positif sering hanya singkat-singkat saja. Padahal Allah SWT telah mengingatkan kita dalam Al Qur'an Surat Al Ashr yang isinya sebagai berikut:
"Wa 'l ashri (1) Inna 'l insaana lafii khusrin (2) Illa 'lladziina 'aamanuu wa 'amilu shshaalihaati wa tawaashaw bi'lhaqqi wa tawaashaw bi shshabri (3)"
Artinya:
(1) Demi masa (waktu) (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Bersambung).
Sekilas kata-kata tersebut memang sederhana, namun bila kita cermati akan terasa menyentuh kalbu. Penuh makna dan akan membawa diri ini menjadi insan yang qana'ah, serta membawa diri untuk selalu mendekatkan di kepada Allah. Selalu bertaqwa kepada Allah SWT. Betapa tidak, kita sering mempermainkan waktu. Kita sering membuang-buang waktu yang kurang, bahkan tidak bermanfaat. Kita sering asyik dengan hal tersebut, hingga tidak terasa waktu telah berlalu sekian detik, sekian menit, sekian jam, sekian hari, sekian minggu, sekian bulan, atau bahkan sekian tahun. Kita baru menyadarinya setelah itu. Tahu-tahu kita sudah berada di waktu yang lain dengan segala konsekuensinya. Bahkan mungkin umur kita sudah berubah. Pastinya umur kita akan berubah menjadi tua. Waktu yang telah kita lampaui tidak bisa terulang kembali. Di lain pihak, kita sering tergesa-gesa untuk meninggalkan waktu ketika melakukan aktifitas yang sebenarnya bermanfaat, atau bahkan untuk beribadah. Terjadi ketidakseimbangan pemanfaatan waktu. Waktu untuk ibadah dan juga untuk akfitas positif sering hanya singkat-singkat saja. Padahal Allah SWT telah mengingatkan kita dalam Al Qur'an Surat Al Ashr yang isinya sebagai berikut:
"Wa 'l ashri (1) Inna 'l insaana lafii khusrin (2) Illa 'lladziina 'aamanuu wa 'amilu shshaalihaati wa tawaashaw bi'lhaqqi wa tawaashaw bi shshabri (3)"
Artinya:
(1) Demi masa (waktu) (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Bersambung).